BPCB selesaikan pemugaran Candi Selogriyo
Magelang (ANTARA) - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah telah menyelesaikan pemugaran Candi Selogriyo di Desa Candisari, Windusari, Kabupaten Magelang pada awal November 2019, kata Ketua Tim Pemugaran Candi Selogriyo, Junawan.
"Tim BPCB Jateng telah menyelesaikan pemugaran Candi Selogriyo termasuk penataan lingkungannya," kata Junawan di Magelang, Kamis.
Ia mengatakan pemugaran yang dilakukan merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun lalu.
Ia menuturkan pada 2018 Candi Selogriyo dibongkar kemudian dibangun kembali, tetapi baru sampai pada lapis ke-9 dan tahun ini dilanjutkan hingga selesai.
Juga baca: Candi Angin-makam bupati-Benteng Portugis diserahkan ke Pemda Jepara
Juga baca: Sucikan Candi Prambanan, umat Hindu laksanakan Abhiseka
Juga baca: Pemkab Magelang dukung penelitian temuan Candi Petirtaan Mantingan
Ia menuturkan tidak menemuai kendala yang berarti dalam pelaksanaan pemugaran, namun dari segi arkeologinya memang candi ini unik, bentuknya tambun, dan arsiteknya rapat atau penuh.
Menurut dia dalam proses pemugaran memang ada beberapa batu yang harus diganti karena batu yang asli tidak ada dan secara konstruksi maupun estetis memang harus ada.
Ia mencontohkan salah satu batu sudut tidak ada, padahal batu tersebut juga berfungsi sebagai penyangga batu di atasnya, maka harus ada batu penggantinya.
Junawan mengatakan dengan pemugaran ini diharapkan bangunan candi Hindu ini bisa bertahan lebih lama lagi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.
"Jangan sampai pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya tersebut justru merusaknya," katanya.
Ia menuturkan untuk menuju ke lokasi candi kalau jalan kaki memang cukup jauh dan jika menggunakan kendaraan cukup berbahaya karena jalannya sempit maka konsepnya harus dipikirkan.
"Tim BPCB Jateng telah menyelesaikan pemugaran Candi Selogriyo termasuk penataan lingkungannya," kata Junawan di Magelang, Kamis.
Ia mengatakan pemugaran yang dilakukan merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun lalu.
Ia menuturkan pada 2018 Candi Selogriyo dibongkar kemudian dibangun kembali, tetapi baru sampai pada lapis ke-9 dan tahun ini dilanjutkan hingga selesai.
Juga baca: Candi Angin-makam bupati-Benteng Portugis diserahkan ke Pemda Jepara
Juga baca: Sucikan Candi Prambanan, umat Hindu laksanakan Abhiseka
Juga baca: Pemkab Magelang dukung penelitian temuan Candi Petirtaan Mantingan
Ia menuturkan tidak menemuai kendala yang berarti dalam pelaksanaan pemugaran, namun dari segi arkeologinya memang candi ini unik, bentuknya tambun, dan arsiteknya rapat atau penuh.
Menurut dia dalam proses pemugaran memang ada beberapa batu yang harus diganti karena batu yang asli tidak ada dan secara konstruksi maupun estetis memang harus ada.
Ia mencontohkan salah satu batu sudut tidak ada, padahal batu tersebut juga berfungsi sebagai penyangga batu di atasnya, maka harus ada batu penggantinya.
Junawan mengatakan dengan pemugaran ini diharapkan bangunan candi Hindu ini bisa bertahan lebih lama lagi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.
"Jangan sampai pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya tersebut justru merusaknya," katanya.
Ia menuturkan untuk menuju ke lokasi candi kalau jalan kaki memang cukup jauh dan jika menggunakan kendaraan cukup berbahaya karena jalannya sempit maka konsepnya harus dipikirkan.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Comments
Post a Comment